Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pertanggungan-jawaban Atas Nikmat Allah SWT

Pertanggungan-jawaban Atas Nikmat Allah SWT


Di tengah hari yang terik Rasulullah Abu bakar dan Umar keluar rumah dikarenakan lapar yang mendera. Setelah mereka bertemu dengan sahabat anshor yang menjamunya sehingga kelaparan hilang dari mereka, Rasulullah membacakan ayat terakhir dari surat At-Takasur:

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS. At-Takastur:8)

Betul, memang manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas nikmat yang Allah berikan kepadanya. Di antara nikmat-nikmat Allah yang akan dimintai pertanggungjawabanya adalah nikmat sehat dan waktu luang. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda:

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)

Berkenaan dengan hadits di atas, Ibnu Baththol mengatakan, ”Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang memiliki dua nikmat ini (yaitu waktu sempat dan nikmat sehat), hendaklah ia bersemangat, jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan syukur pada Allah atas nikmat yang diberikan. Bersyukur berarti dengan melaksanakan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan Allah subhanahu wata’ala. Siapa yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu.

Ibnul Jauzi menjelaskan, ”Terkadang manusia berada dalam kondisi sehat, namun ia tidak memiliki sempat yaitu waktu luang karena sibuk dengan urusan dunianya. Dan terkadang pula seseorang memiliki kesempatan, waktu luang , namun ia dalam kondisi tidak sehat. Apabila terkumpul pada manusia nikmat sempat dan nikmat sehat, sungguh akan datang rasa malas dalam melakukan amalan ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu (terperdaya).”

Ibnul Jauzi juga mengatakan nasehat yang sudah semestinya menjadi renungan kita, “Intinya, dunia adalah ladang beramal untuk menuai hasil di akhirat kelak. Dunia adalah tempat kita menjajakan barang dagangan, sedangkan keuntungannya akan diraih di akhirat nanti.

Barangsiapa yang memanfaatkan nikmat sempat dan nikmat sehat dalam rangka melakukan ketaatan, maka dialah yang akan berbahagia. Sebaliknya, barangsiapa memanfaatkan keduanya dalam maksiat, dialah yang betul-betul tertipu.

Setiap dari kita pasti tidak ingin menjadi orang yang tertipu. Agar tidak tertipu dengan 2 nikmat tersebut, mari pergunakan dua cara berikut:

1- Menyadari bahwa dunia merupakan kesenangan
yang menipu, sehingga kesehatan yang Allah berikan dipergunakan dan dengan sebaik mungkin untuk beribadah dan memberi manfaat kepada orang banyak. Allah subhanahu wata’ala mengingatkan kita:

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS. Ali-Imran : 185)

2- Menggunakan waktu luang dengan sebaik-baiknya

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, (QS. Al-Sharh : 7)

*Kesimpulan:*

*Satu,* manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas nikmat yang Allah berikan kepadanya. Diantara nikmat itu adalah kesehatan dan waktu luang.

*Dua,* orang bijak selalu menggunakan waktu luang dengan sebaik-baiknya.

*Tiga,* yang tidak mau menggunakan waktu luang dan sehat tanda orang celaka. Wallahu alam.

Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.

*(Khadim Korp Da’i An-Nashihah dan Mahasiswa S2 Zawiyah Jakarta)*

Posting Komentar untuk "Pertanggungan-jawaban Atas Nikmat Allah SWT"