Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Untuk Kamu, Awas !!! Pamer Ibadah di Sosmed Bukan Mendapat Pahala, Malah Masuk Neraka

Untuk Kamu, Awas !!! Pamer Ibadah di Sosmed Bukan Mendapat Pahala, Malah Masuk Neraka
Awas! Pamer Ibadah di Sosmed Bukan Mendapat Pahala, Malah Masuk Neraka  Misalnya habis beribadah “Alhamdulillah, waktunya berbuka shaum sunnah!”“Akhirnya selesai juga tarawihnya.”“Senangnya berbagi dengan anak yatim!”

“Waktunya baca Al Qur’an!”“Alhamdulillah, bisa shalat di Masjidil Haram dan mencium hajar aswad!”

“Betapa sejuknya hati tadi malam, saat aku bertemu dengan-Mu ya Allah, di sepertiga malam-Mu”

Pernahkah Anda membaca status yang nadanya seperti di atas? Entah di Facebook, Instagram, Twitter, Path dan banyak media sosial lainnya. Jika dilihat secara sekilas, memang tak ada yang salah dengan status tersebut. Suka-suka si pembuat status ingin menulis apa saja di sosial media.

Namun jika kita renungkan lebih dalam, sebaiknya waspadalah jika suatu saat Anda ingin membuat status sejenis. Anda bisa terkena dosa riya. Tak percaya?

Sudah bukan hal aneh lagi, bahwa sekarang ini sosial media kerap digunakan oleh penggunanya untuk menunjukkan eksistensi diri, hal ini bisa terlihat dari status yang dibagi mengenai aktifitas yang dilakukan sehari-hari, terkadang bukan hanya tulisan, namun juga foto yang diunggah untuk menunjukkan aktifitas pemilik akun yang bersangkutan.

Status yang dishare ini kadang tak kenal kondisi dan situasi. Banyak yang tak bisa membedakan mana yang penting atau tidak untuk dishare.

Karena bisa jadi status yang kita share atau foto yang kita upload, ada indikasi campur tangan setan yang hendak menjerumuskan kita pada dosa khafi (yang tersembunyi atau tersamarkan) yaitu dua penyakit hati yang biasa disebut riya’ dan sum’ah.

Imam Bukhari di dalam Shahih-nya membuat bab khusus ‘Ar Riya’ was Sum’ah‘ dengan membawakan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:



مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللهُ بِهِ . وَمَنْ يُرَائِيْ يُرَائِي اللهُ بِهِ

“Barangsiapa memperdengarkan (menyiarkan) amalnya, maka Allah akan menyiarkan aibnya, dan barangsiapa beramal karena riya’, maka Allah akan membuka niatnya (di hadapan orang banyak pada hari Kiamat)”. (HR. Bukhori)

Perbedaan riya’ dan sum’ah ialah, riya’ berarti beramal dan beribadah karena ingin diperlihatkan kepada orang lain. Sedangkan sum’ah ialah, agar diperdengarkan kepada orang lain. Riya’ berkaitan dengan indera mata, sedangkan sum’ah berkaitan dengan indera telinga.

Kedua penyakit tersebut sangat berbahaya, Rasulullah sendiri sangat takut jika kita terkena penyakit hati ini karena bisa merontokkan seluruh pahala amal dan ibadah dalam seketika.



إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالَ: الرِّيَاءُ, إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَقُولُ يَوْمَ تُجَازَى الْعِبَادُ بِأَعْمَالِهِمْ: اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ بِأَعْمَالِكُمْ فِي الدُّنْيَا, فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً

“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan atas diri kalian adalah syirik kecil”. Mereka berkata,”Wahai Rasulullah, apakah syirik kecil itu?” Beliau bersabda, “Dia adalah riya’. Sesungguhnya Allah -Tabaroka wa Ta’ala- akan berfirman pada hari para hamba diberi balasan berdasarkan amal-amal mereka, “Pergilah kalian kepada orang-orang yang kalian dahulu berbuat riya’ dengan amalan-amalan kalian di hadapan mereka ketika di dunia. Perhatikanlah, apakah kalian mendapatkan balasan di sisi mereka”. (HR. Ahmad dalam Al-Musnad)

Bahkan dalam riwayat lain, Pelaku riya’ ini bukan mendapat pahala namun malah disiksa dalam neraka, Naudzubillah min dzalik.

إِنَّ اَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيْكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ ِلأَنْ يُقَالَ جَرِيْءٌ, فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأََ اْلقُرْآنَ فَأُُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيْكَ اْلقُرْآنَ, قَالَ:كَذَبْتَ, وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ وَقَرَأْتَ اْلقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِىءٌٌ ، فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ وَاَعْطَاهُ مِنْ اَصْْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: مَاتَرَكْتُ مِنْ سَبِيْلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيْهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيْهَا لَكَ, قَالَ: كَذَبْتَ ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيْلَ, ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.’ Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari’ (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.’” (HR. Muslim)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkomentar tentang hadits diatas: Hadits ini menjelaskan tentang tiga golongan manusia yang dimasukkan ke dalam neraka dan tidak mendapat penolong selain Allah karena amal dan ibadahnya terdapat unsur riya’.

[l]. Mereka membawa amal yang besar, tetapi mereka melakukannya karena riya’, ingin mendapatkan pujian dan sanjungan. Pelaku riya’, pada hari yang dibuka dan disibak apa yang ada dalam hatinya, wajahnya diseret secara tertelungkup sampai masuk ke dalam neraka.

[2] Mereka yang dimuliakan Allah dengan diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan mengajarkannya kepada yang lain. Mereka mampu membaca al Qur`an dan mempelajarinya. Semestinya, dengan ilmu tersebut mereka berniat karena Allah semata sebagai wujud rasa syukur kepadaNya atas limpahan rahmatNya.

Posting Komentar untuk "Untuk Kamu, Awas !!! Pamer Ibadah di Sosmed Bukan Mendapat Pahala, Malah Masuk Neraka"